HeadlinesOlahraga dan Seni

Dua Penulis Angkat Cerita Personal dalam Buku “Orang-orang Seludupan” dan “Anjing Perawan

Radio Sinfoni-Mataram : Buku kumpulan cerpen “Orang-orang Seludupan” karya Intan Soraya dan “Anjing Perawan” karya Dian Havivi menyajikan beragam kisah fiksi yang lahir dari pengalaman personal, pencarian ide, dan pergulatan batin dua penulis perempuan ini. Dalam sebuah diskusi penulis, keduanya membagikan cerita di balik proses kreatif yang panjang dan penuh tantangan saat menulis buku tersebut.

Intan Soraya mengungkapkan bahwa ia membutuhkan konflik nyata untuk bisa menulis. “Masalah justru bisa memunculkan ide. Saya menulis karena terdorong oleh pengalaman dan pergulatan sendiri,” jelas Soraya. Sementara itu, Dian Havivi atau yang akrab disapa Kakak Vivi mengaku membutuhkan waktu sendiri dan sering pergi ke alam untuk menemukan inspirasi menulis.

Tantangan terbesar dalam menulis buku ini, menurut keduanya, adalah sulitnya menuangkan ide ke dalam tulisan. Mereka juga kerap kali terdistraksi oleh berbagai hal lain, sehingga menulis menjadi proses yang memerlukan ketenangan dan waktu khusus.

Dari sejumlah cerpen dalam buku tersebut, Intan Soraya paling menyukai “Orang-orang Seludupan” yang juga menjadi judul utama buku. Sementara Vivi memilih “Anjing Perawan dan Makanan Surga” sebagai cerpen favoritnya karena proses penulisannya yang cepat dan mengalir.

Baca Juga :  Workshop Campus Waste Solusion UI-Greenmetric UIN Mataram 2024

Keduanya tergabung dalam komunitas menulis “Akar Pohon”, yang menjadi ruang bertumbuh dalam dunia sastra. Ketertarikan terhadap dunia menulis sudah muncul sejak masa kecil. Soraya mulai membaca dan menulis sejak SD, bahkan aktif menulis cerita horor saat SMA. Ia menyebut karya “Sayap-sayap Patah” dari Khalil Gibran sebagai salah satu yang berpengaruh besar dalam pperjalanan awalnya. Begitu pula dengan Vivi yang mulai suka membaca sejak sekolah dasar.

Ketika ditanya apakah cerita dalam buku ini berdasarkan kisah nyata, Soraya menyebut bahwa beberapa cerpen bersumber dari pengalaman empirisnya sendiri. Adapun Vivi memberi judul “Anjing Perawan” untuk cerpennya dengan sengaja agar mengundang pertanyaan dan rasa penasaran dari pembaca.

Keduanya menegaskan bahwa menulis fiksi bukan sekedar karangan belaka melainkan membutuhkan keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan agar dapat diterima dan relevan di masyarakat.

Editor : M. Aziz
Penulis :Nur Hasina Wajed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *