Rambatan Properti ke Anak Muda NTB
Sejumlah pengurus Society of Woman Engineer (SWE NTB) menunjukan poster bertema Yes SWE Can jelang peringatan Hari Perempuan Internasional 2019 di Mataram, Jumat (8/3/2019). (Foto: dok. SWE NTB).
Sektor properti yang selama ini identik dengan orang tua kini merambah anak muda. Tumbuhnya kesadaran berinvestasi membuat sekelompok anak muda melirik properti sebagai tabungan, karena wujudnya bisa dijual lagi ketika sedang butuh-butuhnya duit.
MATARAM – Animo kepemilikan properti di kalangan muda Nusa Tenggara Barat (NTB) terus bertambah. Meskipun harus rela berjibaku sama cicilan setiap bulan dan terlibat pelunasan uang muka. Tapi ini polah hidup positif ketimbang asyik konsumerisme bak gelombang menerjang ruang hidup kaum urban.
Tidak berbeda bagi pengembang, new wave ini digunakan untuk membentuk pasar. Bermodal konsep hunian minimalis kemudian dibumbui instagramable, pasar pun laris manis.
Archetype hemat dan sederhana adalah karakter milenial (berkaitan dengan generasi yang lahir di antara tahun 1980-an dan 2000-an). Beda dengan kecenderungan generasi senior/kreator yang achievement. Kepemilikan barang bagi milenial bisa dilakukan dengan sewa atau cukup sementara saja. Sedangkan generasi sebelumnya memandang kepemilikan adalah hakiki.
Terlepas dari perbedaan tersebut, namanya barang tetap saja berafiliasi dengan daya beli. Kemampuan melunasi uang muka membawa anak muda kepada hutang. Hanya, soal itu bukan tanpa jawaban, sebab anak muda sekarang diam-diam sudah punya banyak uang. Hal ini terlihat dari cara mereka hang out menyasar tempat-tempat hiburan bertiket mahal.
Ceruk ini yang sepertinya dilihat pengembang. Didukung kuantitas pembangunan jalan tipe bebas hambatan pengundang transportasi publik. Maka pas jika permintaan hunian sebagai tempat tinggal sekaligus lokasi strategis dibangun. Strategis dalam kolektivitas, selebihnya persaudaraan di dalam komplek.
Dewi dari pengurus Society of Woman Engineer (SWE NTB) mengungkapkan, sekarang, hunian yang inspiratif dan fungsional jadi idaman anak muda. Keduanya diyakini mampu mendukung proses-proses kreativitas yang menjadi cara pandang remaja awal abad 21.
“Kecenderungan pada kesenangan dan kreativitas yang membuat generasi saat ini tertarik memiliki rumah, padahal dari sisi investasi juga tidak kalah untungnya,” sebut Dewi, wakil dari organisasi perempuan insinyur (SWE NTB).
Tantangan Investasi
Dalam rubrik Investasi di KOMPAS, (16/3/2019) oleh Lydia Nurjanah berjudul “Generasi Milenial Tentu Bisa Punya Rumah” tersua mencicil rumah bisa dilakukan melalui meneguhkan hati mengetatkan pengeluaran, karena harga rumah akan semakin naik, usia bertambah dan lahan semakin sedikit. Dalam artian, selagi muda jangan menunda membeli rumah sebab harga rumah semakin meningkat ditambah mendapatkan rumah dengan lokasi strategis akan semakin susah.
Di rubrik ini, milenial diajak untuk menentukan biaya harga rumah yang sesuai dengan penghasilan per bulan, menyediakan uang muka serta mencari penghasilan tambahan jika sulit membayar cicilan. Mulailah berinvestasi apabila tertarik berinvestasi. Invesatasi bisa berupa emas yang dapat disimpan di lembaga sepengetahuan Otoritas Jasa Keuangan. Melakukan penghematan biaya hidup seperti “puasa” di restoran mewah atau membawa bekal ke kantor. (A. Santhosa).