HeadlinesOrganisasi

Rukyatul Hilal Penentuan Bulan Syawal 1446 H, di Loang Baloq Tertutup Awan

RADIO SINFONI, Mataram – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)Stasiun Geofisika Mataram, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), melakukan Rukyatul Hilal atau pengamatan Hilal 1 Syawal 1446 Hijriah, bertempat di Pantai Loang Baloq, Mataram, Sabtu (29/3/2025).

Pengamatan bulan sabit yang juga untuk menentukan Idul Fitri 1446 Hijriah ini, dibantu teropong portabel milik BMKG, Kanwil Kemenag NTB, dengan arah pengamatan ke ufuk barat Pantai Loang Baloq. Namun, pada pengamatan kali ini, hilal tidak terlihat karena tertutup awan.

Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sumawan, ST., MM., mengatakan bahwa walaupun tidak dapat menemukan hilal, akan tetapi pengamatan yang dilakukan oleh Tim Hilal BMKG, akan tetap menjadi laporan, yang akan menjadi bahan penting di sidang Isbat oleh pemerintah pusat.
“Setelah kami melakukan pengamatan, hasilnya hilal tidak teramati, karena bulan pada hari ini, ketinggiannya mencapai -89 derajat, atau bulan masih di bawah ufuk. Sehingga pada hari ini, bulan tenggelam lebih dulu dari pada matahari, dengan selisih sekitar 7,6 menit. Sehingga kemungkinan terbesar ramadhan tahun ini akan kita genapkan menjadi 30 hari,” ujarnya.

Baca Juga :  UIN Mataram Terima Hibah Tanah 3,1 Hektar dari Pemda Lombok Barat

Cuaca yang tidak menentu, menyebabkan ufuk barat pantai Loang Baloq, tertutup awan yang cukup tipis, kemudian menebal ketika sore hari, sehingga menyebabkan hilal akan sulit teramati oleh Tim Hilal BMKG NTB.

Ketua Program Studi Ilmu Falak, Fakultas Syari’ah UIN Mataram, Dr. Arino Bemi Sado, S.Ag., MH., mengatakan, Pusat Observasi Bulan (POB) Loang Baloq sejak siang memiliki kendala pengamatan, yakni awan mendung yang tebal sehingga membuat hilal sulit teramati. Tapi, bila mendungnya cenderung tipis, hilal sangat berpotensi untuk diamati.
“Untuk hari ini, di Mataram sendiri, tinggi hilal -2,289 derajat, artinya hilal masih di bawah ufuk. Sehingga tidak mungkin hilal akan terlihat atau not possible. Tetapi juga di seluruh Indonesia, ketinggian hilal rata-rata dari -3 derajat sampai -0 derajat, artinya akan dilakukan Istiqmal, ungkap Bemi.

Selain itu, Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam, Drs. H. Azharuddin., menyampaikan bahwa penentuan hilal akan disesuaikan dengan keputusan Mabim atau Musyawarah besar Islam negara-negara Asean, perhitungan awal bulan Syawal dapat diputuskan dengan ketentuan pengamatan hilal di ketinggian 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.
“Sesuai sama keputusan Mabim, ketinggian hilal harus berada di 3 derajat, tapi yang kita dapatkan dari hasil pengamatan Tim BMKG tadi sekitar -2 derajat, sehingga tidak memungkinkan menemukan hilal,” tutupnya.

Baca Juga :  Serabi Pantai Ampenan Memeram Sejarah

Penulis: Dian Ferdinawan
@voice.ofcampus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *