Tradisi Dile Jojor, Cara Unik Sambut Nuzulul Qur’an Warga Lombok Tengah
RADIO SINFONI, Lombok Tengah – Masyarakat di Lombok Tengah menyambut malam Nuzulul Quran atau malam lailatul qadar dengan tradisi maleman.Tradisi maleman ini biasanya akan diikuti dengan ritual menyalakan Dile Jojor atau alat penerangan tradisional seperti obor tapi lebih kecil.
Dile Jojor adalah tradisi tahunan yang berasal dari Lombok. Tradisi ini diadakan setiap tahun pada malam ganjil, yaitu pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan untuk menyambut malam Lailatul Qadar.
Dalam tradisi ini, masyarakat Lombok menyalakan obor kecil yang disebut “Dile Jojor” yang terbuat dari buah jarak atau buah nyamplung yang diolah dan kapas kapuk. Obor-obor ini dipasang di sepanjang jalan, halaman rumah, dan di sekitar makam-makam keluarga.
Salah satu warga lokal yang tengah mengikuti tradisi Dile Jojor, Muslimah mengatakan bahwa tradisi ini sudah turun temurun diadakan oleh nenek moyang masyarakat Lombok.
“Pokoknya ini adalah tradisi yang kita ikuti dari dulu, Dile Jojor memiliki makna yang mendalam, yaitu sebagai simbol penerangan dan berkah di bulan Ramadhan, dan ini yang kita percaya selama ini,” kata Muslimah, Kamis (25/3/2025).
Selain itu, Fitria yang merupakan warga setempat mengatakan bahwa, selain menyimpan makna religi yang mendalam, tradisi Dile Jojor sangat dipercaya sebagai ritual dalam pembuatan tape ketan khas Idul Fitri.
“Kalo menurut nenek moyang kami, Dile Jojor konon digunakan agar tape ketan yang dibuat untuk persiapan hari raya Idul Fitri, bisa matang dengan sempurna,” pungkasnya.
Penulis: Arinal Haq
Editor: Ian
@voice.ofcampus