Bisnis

Wira-Wiri Wiraswasta (1)

Kewiraswastaan atau wirausaha dan kewirausahaan kira-kira memiliki artinya yang sama, sebagaimana pakar linguistik di KBBI V (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima). Pada praktiknya, sangat erat dengan kreativitas. Lebih-lebih sering diibaratkan seperti dua sisi mata uang, saling terikat satu sama sisi, sehingga wajar ada orang bilang, kalau tidak kreatif jangan coba-coba buka usaha, nanti tidak laku.

Pendapat tersebut tidak salah, jika dicermati dan menemukan bukti bukan menyangkut boleh atau tidaknya seseorang membuka usaha, melainkan menekankan pentingnya kemampuan berikhtiar agar perniagaan benar-benar mapan. Mantap menahan pembeli agar tidak lari, mapan dalam kedinamisan, dan mantap menahan diri tidak berprilaku boros alias mampu menyimpan modal. Jadi, segala-galanya berawal dari kreativitas yang sudah ada di dalam diri pengusaha atau terus terpelihara karena terus mendapat bantuan dari pemodal.

Lantas siapakah wiraswasta kreatif itu? Relatif, demikian klise seorang pakar bahwa kreatif banyak permaknaan. Namun, dari sekian arti kreativitas, mengetahui skala prioritas mana yang lebih dahulu harus diselesaikan adapun paling mengemuka. Apabila tercatat sebagai wirausaha baru, sudah pasti permodalan yang pertama harus dipikirkan. Seterusnya, bagaimana memilih jenis usaha yang tepat.

Kalau seperti itu keadaannya, untuk mencapai status wiraswasta kreatif, modal dan jenis usaha adalah yang harus paling sering diperbincangkan, sebab di dalam dunia usaha antar satu faktor dengan faktor lainnya saling berkelindan. Semuanya berjalan teratur. Akibat kepincangan pada satu situasi akan mempengaruhi aspek lain, seperti ketiadaan simpanan modal akan berakibat fatal dalam memperoleh peluang berproduksi pada kemudian hari.

Baca Juga :  Wara-Wiri Wirausaha (2-selesai)

Dalam hubungan ini atau pada karya ilmiah ini, pembahasan mengenai permasalahan modal dan jenis usaha berpatokan pada wiraswasta usaha mikro atau masuk dalam kategori Usaha Kecil Mikro (UKM). Contohnya, pedagang buah lokal di pasar tradisional.

Dalam konteks permodalan, baik pedagang buah maupun UKM lainnya, sudah pasti membutuhkan modal untuk berjualan, sebab pasar yang makin besar bagi pelaku UKM akan menuntut kuantitas produksi. Hingga keadaan yang membuat pelaku usaha kerap menghadapi kendala modal harus dilalui, karena kecukupan permodalan sangat krusial bagi pelaku usaha mikro dan kecil untuk tetap bertahan dan berkembang.

Keingintahuan tentang permasalahan permodalan adalah hal yang mutlak diketahui oleh seorang wiraswasta, sebab tidak semua modal harus dipinjam dari satu sumber, misal perbankan saja, melainkan dapat dari sumber dana usaha masyarakat atau selaras dengan kebiasan-kebiasaan yang dijalankan masyarakat Indonesia selama ini. Dalam pada itu, mengetahui seluk-beluk permodalan diharapkan dapat membuat seorang wirausaha mengetahui potensi-potensi di lingkungan masing-masing yang mungkin luput dari perhatian.
Pandangan lain, mengetahui pemanfaatan modal dengan cara mendapatkan modal juga tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Pada satu kesempatan bisa saja para pelaku usaha mikro tak terlalu mempedulikan besaran bunga. Yang penting kebutuhan dana tercukupi dalam waktu singkat. Namun, di sisi lain, sifat modal adalah tidak dapat dihabiskan langsung dalam memulai usaha, melainkan harus mendapat atensi saving (simpan) sebagai dana taktis manakala terdapat kebutuhan (need) dalam berbagai dimensi pengeluaran.

Baca Juga :  Arti Sebuah Nama Buat MLG Mataram

Sebetulnya untuk menjawab persoalan modal juga tidak boleh meninggalkan aspek keberhati-hatian dari seorang wirausaha sebab tingginya suku bunga yang diberikan pemodal merefleksikan tingginya risiko dan besarnya biaya dalam proses penyaluran pinjaman. Selain itu, pemodal sendiri juga kerap menghadapi keterbatasan modal yang disalurkan menjadi pinjaman, sehingga mereka mengenakan biaya yang sangat tinggi kepada peminjamnya. Untuk itu, mengetahui seluk-beluk permodalan potensi maupun permasalahan adalah suatu yang wajib dipahami seorang wirausaha dalam rangka menjamin keberlangungan usaha tetap berjalan, sekaligus potensi-potensi kreatif yang bisa terus dikembangkan. Kegunaan lain, kemampuan menyelesaikan langkah permodalan dan pemanfaatannya akan memberikan dampak positif bagi tahapan selanjutnya, yakni distribusi atau mata rantai setelah produksi. (A. Santhosa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *